Purana merupakan tulisan atau kisah suci yang berisi pedoman atau tuntunan untuk berkehidupan di masyarakat, tentunya dalam teks-teks suci tersebut terkandung nilai-nilai filosofi, etika maupun moral dan upacara atau ritual. Sedangkan raja purana merupakan suatu tulisan atau kisah atau jejak perjalanan seorang raja ke suatu tempat, sebagai saksi atas suatu ritual atau peristiwa. Raja purana yang ada di pura khayangan jagat bhuana purohita sangat penting sebagai tonggak sejarah keterlibatan puri atau raja yang mengesahkan berdirinya pura khayangan jagat bhuana purohita. Selain puri, aspek lainnya yang sangat penting, yaitu Para, Pura, Purana, dan Purohita. Kelima aspek ini yaitu Para, Puri, Pura, Purana, dan Purohita saling berkaitan dan selalu bersinergi untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang tenteram dan sejahtera.
Dalam Kaweruh Siwa Budha, Weda diartikan sebagai ilmu pengetahuan, karena Weda berarti terhubung dengan esensi Ilahi atau Brahman itu sendiri. Salah satu bagian dari Weda itu adalah Purana. Purana dimasukan menjadi salah satu pengetahuan Weda, karena pada dasarnya setiap pengetahuan yang bisa mengantar atau membimbing umat ke jalan dharma dan diakui oleh kerajaan, serta masyarakat luas itu disebut dengan kitab. Kitab apapun yang sudah diakui oleh masyarakat luas akan masuk sebagai bagian dari Weda. Weda sebagai ilmu pengetahuan akan terus berkembang sesuai jaman, karena Weda bersifat fleksibel dan universal serta berorientasi pada kesemestaan.
Puri atau istana seorang raja adalah tempat tinggal seorang pemimpin atau penguasa, dan merupakan tempat sentral pemerintahan atau ibu kota suatu wilayah atau negara. Para artinya kawula dari raja atau masyarakat yang tinggal di suatu wilayah. Pura merupakan simbol ketuhanan, yang secara eksplisif merupakan tempat suci atau sebagai tempat untuk melakukan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari manunggaling atau bersatunya kawula gusti, dibuatlah tempat pemujaan para Dewa yang disebut dengan Pura, yang sesungguhnya adalah benteng Budhi manusia. Raja kemudian menciptakan penasehat yang disebut Amangku Adat dan dianugerahi gelar Brahmana dan selanjutnya melakukan puja kepada para Dewa dan membimbing umat dalam tata laksana upacara puja ke para Leluhur dan Dewa. Selain itu, seorang brahmana juga menulis suatu petuah sastra dari Raja, Dewa Titisan dan para Dewa, juga sejarah dan sastra suci yang dinamakan Purana. Dan seorang brahmana yang telah mengalami pencerahan disebut dengan Purohita.
Raja purana yang ada di pura khayangan jagat bhuana purohita berbunyi "Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham, Raja Purana, Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Pura Khayangan Jagat Bhuana Purohita, Telah Disahkan Oleh Raja / Penglingsir Puri, Bahwa Pura Ini Sebagai Pancer Gumi, Stana / Linggih Ida Bhatara Ismoyo Jati (Sabda Palon), Dang Hyang Nusantara. Om Santhi, Santhi, Santhi Om. Unggahan, 8 April 2018. Raja Denpasar IX, Ida Tjokorda Ngurah Jambe Pemecutan, SH. Raja Tabanan, Ida Tjokorda Anglurah Tabanan. Penglingsir Puri Agung Pengastulan, Ir. I Gusti Ngurah Sandjaja, M.Si".
Raja Denpasar IX, sebagai salah satu raja yang ikut mengesahkan Pura khayangan jagat bhuana purohita, karena Pinisepuh sebagai pengerajeg pura merupakan salah satu keturunan dari Puri Denpasar, Puri Tabanan, dan Puri Agung Pengastulan. Keturunan dari Puri Denpasar, Puri Tabanan, dan Puri Agung Pengastulan merupakan satu garis keturunan dari Arya Kenceng yang berasal dari Tabanan. Selain sebagai keturunan dari Puri Agung Pengastulan, Penglingsir Puri Agung Pengastulan ikut mengesahkan Pura khayangan jagat bhuana purohita, karena Pura khayangan jagat bhuana purohita yang terletak di Desa Unggahan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Bulelelng, Bali ini, merupakan wilayah kekuasaan dari Distrik Pengastulan (Puri Agung Pengastulan) yang berada di bawah kerajaan Buleleng.
Sebelum menemukan lokasi Pura khayangan jagat bhuana purohita, tedunlah Pratima Sang Hyang Sabda Palon di Puri Agung Dharma Giri Utama. Pratima ini tiba-tiba saja berada di atas meja Ruang Suci Puri Agung Dharma Giri Utama berdasarkan penuturan dari salah satu pengempon Puri. Pinisepuh kemudian menjelaskan bahwa Sang Hyang Sabda Palon atau yang lebih dikenal dengan nama Semar atau Tualen adalah Dang Hyang-nya Nusantara ata nenek moyangnya Nusantara. Sang Hyang Sabda Palon itulah kemudian yang disebut dengan Ida Bhatara Ismoyo Jati atau Sang Hyang Purohita yang tak lain adalah Ida Sang Hyang Sadasiwa yang turun ke bumi. Kemudian atas restu dari Pinisepuh yang distanakan di Pura khayangan jagat bhuana purohita adalah Ida Bhatara Ismoyo Jati dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Sabda Palon.
Saat meresmikan Pura khayangan jagat bhuana purohita, Raja Denpasar IX, Ida Tjokorda Ngurah Jambe Pemecutan, SH, tedun membawa wayang Sang Hyang Sabda Palon yang terbuat dari Emas, yang diperoleh secara niskala saat beliau berada di jawa. Wayang Sang Hyang Sabda Palon yang terbuat dari Emas tersebut kemudian disatukan dengan pratima Sang Hyang Sabda Palon di Pura khayangan jagat bhuana purohita dan Pura khayangan jagat bhuana purohita kemudian disahkan sebagai Stana / Linggih Ida Bhatara Ismoyo Jati atau Sang Hyang Sabda Palon yang ada di Pulau Bali.
Sumber tulisan : Puri Agung Dharma Giri Utama (www.dharmagiriutama.org)