POHON MAJA (BILWA/BILA) DAN GAJAH MADA

 


Pohon maja, atau yang lebih dikenal dengan nama pohon bilwa/ bila, adalah pohon yang sangat populer di Bali karena berhubungan dengan kisah Lubdaka dan hari raya Siwaratri. Pohon maja menjadi salah satu pohon yang di tanam di sekitar kawasan Pura Khayangan Jagat Bhuana Purohita karena pohon ini berkaitan dengan Gajah Mada, Majapahit, dan Dewi Laksmi. Gajah Mada diceritakan pernah bertapa di dekat Tirta Pingit yang ada di lembah Benyahe desa Unggahan. Gajah mada saat berada di desa Unggahan dikenal dengan nama Dewa Bagus Mentang Yudha. Saat ini di Lembah Benyahe desa Unggahan, telah dibangun Pura Khayangan Jagat Bhuana Purohita dan dibangun pula Genah Melukat Tirta Pingit. Sementara tempat Mahapatih Gajah Mada Moksa adalah di Pulau Menjangan, dan saat ini telah di bangun Pura Menjangan di pulau tersebut.
 
Berikut ini adalah kisah Pohon Bilwa sebagai rumahnya Dewi Laksmi :

Adalah Raja yang bernanama Wisrawa memiliki dua istri. Dari istri pertama lahir Kuvera/ Kubera/ Kuwera. Dari istri kedua seorang iblis lahir Rahwana, Kumbakarna dan Vibhishana. Karena Kuwera adalah anak sulung, di kemudian hari mewarisi kerajaan. Tetapi ibunya Rahwana tidak puas dengan keputusan itu dan disuruhlah Rahwana untuk merebut kerajaan dari tangan Kuwera. Kemudian Rahwana dan adik-adiknya pergi ke hutan dan memuja Dewa Brahma. Lama waktunya mereka melakukan tapa brata tidak makan dan tidak minum, akhirnya Rahwana menembus Yoga Dewa Brahma yang kemudian mengabulkan permohonan Rahwana. Mereka dengan segera menuju Kerajaan Lanka atau Alengka. Dalam perjalanan Rahwana mengumumkan kepada warga kerajaan; siapapun yang melindungi Raja Kuwera akan dibunuh. Raja Kuwera telah mendengar saudara tirinya mendapat anugerah kesaktian dan berkhianat kepadanya. Merasa tidak akan mampu melawan Rahwana dengan serta merta menyerahkan kerajaan kepada Rahwana.
 
Kuwera kemudian pergi menemui kakeknya yang berpengetahuan luas. Kakeknya menjelaskan semua kebendaan yang dimiliki adalah anugerah, bisa raib dalam sekejap serta jangan bersedih karena itu, ikhlas dalam menerima keadaan, memohonlah kembali kepada Dewi Lakshmi yang maha pengasih. Maka kekayaan bisa kembali dalam sekejap dengan cara-cara yang manusia tidak ketahui. Kakeknya adalah Pulastya, seorang bijak kerajaan Lanka menasehati agar datang ke sungai Gangga, pujalah Dewi Lakshmi dan persembahkan bunga Lakshmi niscaya bakti tulusmu akan didengar dan tujuanmu tercapai.

Tidak membuang waktu Kuwera segera menuju ke sungai Gangga. Ia menggelar puja kepada Dewi Lakshmi sepanjang waktu, tiada henti-henti dan tiada merasakan lapar dan haus. Semua petunjuk kakeknya dijalankannya.

Demikianlah Kuwera bertekun diri dan penuh semangat memuja Dewi Lakshmi. Hujan dan badai tidak dihiraukan. Telah beberapa musim berlalu namun Kuwera semakin kuat tekadnya. Kuwera akhirnya menembus tapa yoga samadi Dewi Lakshmi dan Dewa Wisnu. Tak lama waktunya, hadirlah  Dewi Lakhsmi dan Dewa Wisnu di hadapannya. Dewi Lakhsmi kemudian mengabulkan permohonan Kuwera dengan menganugerahkan Kantong Kekayaan. Tak hanya itu, Kuwera bahkan diangkat menjadi Dewa yang menguasai harta benda atau kekayaan dunia. Alangkah suka citanya Dewa Kuwera mengetahui bahwa segala daya upayanya telah berhasil dan bahkan melebihi harapannya. Setelah menghaturkan terimakasih dan sujud sungkem Dewi Lakshmi dan Dewa Wisnu kemudian raib dari pandangan.

Dewa Kuwera telah membangun kerajaannya dengan emas. Para abdi dan masyarakat kerajaan hidup bergelimang harta. Namun waktu telah membawa perubahan watak dan menjadikan Dewa Kuwera sombong. Sebab Ia dipuja luas oleh seisi dunia, manusia dan iblis. Bahkan para dewa meminta kekayaan dari Dewa Kuwera. Sebab Ia menjadi bendaharanya para dewa.

* * * * *
Di lain waktu dan di lain masa dalam Purana Rudra diceritakan Dewi Lakshmi turun ke Bumi dalam wujud seekor sapi. Dari kotoran hewan suci ini kemudian tumbuh sebatang pohon dan pohon tersebut kemudian diberi nama oleh Dewa Siwa dengan sebutan pohon Bilva/ Wilwa (Majapahit) dan di Bali adalah pohon Bila.

Pohon Bilwa kemudian menjadi pohon kesayangan dari Dewa Siwa yang juga disebut sebagai Siwa Druma. Adalah pohon yang sangat sakral yang muncul dalam Ayurweda sebagai sarana sangat luar biasa untuk obat-obatan. Seperti pernah disabdakan oleh Putra Bhatara Indra Wilatikta, dengan pengetahuan Ayurweda mahir bagian dari pohon Bilwa bisa dimanfaatkan sebagai ramuan obat-obatan ajaib dan bahkan bisa menghidupkan orang mati sekalipun.

Kemudian dalam Rudra Purana ada bait mantra:

Tridalam trigunākāram, Trinētram cha triyāyudham, Trijanma-pāpa-samhāram, Ēka-bilvam-Shivārpanam.

Artinya:
Satu daun bilva dengan tiga anak daun  yang dipersembahkan kepada Dewa Siwa bermata tiga, yang merupakan perwujudan ketiga sifat (guna), dan memegang trisula, menghancurkan dosa-dosa yang terkumpul selama tiga kelahiran. Brahman Ada dalam Kesadaran Seluruh Alam Semesta.

Tiga sifat suci berhubungan erat satu sama lain sebagai trinitas suci, tiga sifat tersebut: sattvam, rajas, tamas, dan ketiga periode waktu (masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang).

Selanjutnya Dewi Lakshmi dilukiskan dalam Bhuvaneshvari Tantra, memegang satu buah Bilwa di tangan kirinya, suatu kesan yang menandakan bahwa Beliau sebagai pemberi anugerah dari perbuatan seseorang.

Kemudian dalam Rudra Purana diceritakan Vasuman, Raja Videhas telah mendapatkan kerajaannya yang hilang dengan mengelilingi pohon Bilva yang terdapat di kuil Tiruvidaimarudur. Berdasar dari cerita tersebut orang-orang berjalan mengelilingi pohon Bilwa sebelum memulai sesuatu karena pohon tersebut dianggap memberikan keberhasilan dalam usaha-usaha manusia. Mengelilingi pohon Bilwa menjadi budaya di Cina, Tibet dan negara-negara Asia yang mengetahui pilosofi dari pohon Bilwa ini.

Intisari dari Weda atau pesan terakhir kitab suci Weda: manakala manusia mempersembahkan daun Bilva (daun pohon Majapahit) di lingga yoni, segala reaksi dosa dan karma manusia akan dilebur oleh Mahadewa.

Dengan terampuninya dosa manusia, maka lebih mudah mencapai kekayaan dan materi. Kemudian manusia menggelar yadnya yang diketahui sebagai yadnya; Puja Agni Rudra yang digelar di hadapan api suci Agnihotra. Melantunkan Mantram Gayatri Rudra 101 kali tanpa menggunakan japamala, di waktunya Sandyakala. Setelah selesai kemudian mengelilingi pohon Bilwa 101 kali. Ini dilakukan sebanyak 101 hari tanpa putus. Namun syarat untuk bisa melakukan puja ini harus telah mencapai Yadnyapatni yang ditempuh dengan Homayadnya.

Kembali kepada Dewi Lakshmi. Di masa depannya Dewi Lakshmi tidak bisa menerima kesombongan Dewa Kuwera atas kekayaannya. Beliau sebagai Shakti dari dewa Wisnu yang memberi anugerah kepada Dewa Kuwera, dan berkewenangan dalam hal anugerah materi kepada seisi alam semesta kemudian mengeluarkan kutukan/ pastu kepada Dewa Kuwera agar kekayaan Dewa Kuwera habis.

Dewa Wisnu tidak senang Dewi Lakshmi mengutuk Dewa Kuwera dengan serta merta menghukum Dewi Lakshmi. Mulai saat itu Dewi Lakshmi akan menempati pohon Bilwa sebagai rumahNya.

* * * *
Di keadaan yang lain, Dewa Kuwera yang mabuk harta menjadi sombong, merasa lebih hebat dari dewa yang lain. Kemudian datang ke Gunung Kailash, mengundang Dewa Siwa dan Dewi Parwati untuk menghadiri pesta jamuan makan untuk para Dewa. Dewa Kuwera tahu bahwa Dewa Siwa adalah pertapa dan tentulah makannya tidak rakus.

Namun Dewa Siwa sudah diberitahu sebelumnya oleh Dewa Wisnu agar mengutus Ganeshsa, dan mengatakan kepada Dewa Kuwera bahwa tidak bisa hadir namun akan diwakili oleh Ganesha yang masih anak-anak. “Ganesha nafsu makannya sangat rakus dan selalu lapar. Apakah Anda bisa memuaskan rasa laparnya?”. Dewa Kuwera memandang Ganesha yang masih anak-anak, dalam hati Ia merasa terhina dengan ucapan Dewa Siwa dan dengan sikap jumawa tentu saja menyanggupi.

Singkat cerita, tibalah Ganesha di kerajaan Dewa Kuwera dan bersikeras mengajak keliling untuk memamerkan kemegahan dan kekayaan istana sebelum menuju ruang makan. Tidak habis-habisnya celoteh Dewa Kuwera menceritakan dirinya dan kehebatannya menguasai kekayaan. Akhirnya sampai di ruang makan dan Ganesha mendapatkan mejanya di tata dengan piring-piring untuk anak kecil. Suguhan sudah dipersiapkan dan setelah berbagai sambutan yang sombong dari Dewa Kuwera acara jamuan kemudian segera dimulai.

Tak lama kemudian hidangan di meja Ganesha sudah habis dan mengatakan masih lapar. Begitu seterusnya hingga membuat heran para undangan. Juru masak hilir mudik membawa makanan kesukaan Ganesha yaitu Laddu, dan membuat Dewa Kuwera bingung. Terakhir semua persediaan istana telah habis namun Ganesha belumlah terpuaskan rasa laparnya. Seluruh makanan masyarakat kerajaan juga dikumpulkan namun tak berapa lama itupun habis semuanya. Dewa Kuwera telah berjanji akan memuaskan rasa lapar Ganesha menjadi panik dengan kemarahan Ganesha yang belum terpuaskan rasa laparNya.

"Saya masih lapar…”, demikian ucap Ganesha. Karena tidak ada lagi makanan yang tersisa Beliau kemudian menyantap apa saja yang ada di istana sampai bahkan istana megah tersebut habis tak bersisa apapun. Bahkan Kantong Kekayaan Dewa Kuwera telah dilahap. Dewa Kuwera yang kehabisan akal dan permohonan ampunnya tidak didengar, sebelum dirinya dilahap, buru-buru kabur menuju Gunung Kailash menghadap Dewa Siwa.

Dewa Siwa tersenyum dengan kerisauan Dewa Kuwera yang telah memohon ampun berkali-kali dan Dewa Siwa telah menegur kesombongan Dewa Kuwera seraya berkata: “Ganesha itu sangatlah sederhana, rasa laparNya hanya terpuaskan apabila makanan itu ditawarkan dengan cinta dan segala kerendahan hati”.  Memberi pengertian kepada manusia bahwa yadnya itu tidak bisa dilakukan dengan kesombongan pribadi dengan menunjukkan kemewahan duniawi.

Kemudian Dewi Parwati meminjamkan nasi panggang kesukaan Ganesha yang lain. Akhirnya Dewa Kuwera telah paham dengan segala kebaikan Dewa Siwa dan Dewi Parwati serta berjanji akan merubah tabiat, dan segera pamit undur diri.

Sampailah Ia di kerajaan yang tidak ada lagi istananya. Akhirnya dengan segala cinta dan kerendahan hati ditawarilah Ganesha makanan terakhirnya. Ganesha tersenyum dan melahap nasi panggang yang dibawakan Dewa Kuwera. Ganesha tersenyum dan mengusap perutnya yang membesar karena makan nasi panggang terakhirnya, dan mengatakan barulah merasa puas. Kemudian Ganesha dengan perut besar/ buncit dikenal dengan Ganesha Lambodara. Kemudian segala kekayaan dikembalikan kepada Dewa Kuwera yang telah sadar akan dirinya.

Kutukan Dewi Lakshmi kepada Dewa Kuwera telah berjalan dan telah dilihat adanya perubahan sikap dari Dewa Kuwera. Memberi pelajaran kepada umat manusia bahwa harta benda, kekayaan bisa sirna dan habis dalam sekejap apa bila dikuasai dengan kesombongan, di saat kaya tidak ada syukur, dan tidak kebaikan yang diagungkan oleh manusia.

Sejak saat itu kembalilah Dewi Lakshmi di puja luas sebagai Dewi Kemakmuran. Sebab di dalam kemakmuran ada kekayaan.

* * * *
Kemudian Dewi Lakshmi yang dihukum oleh Dewa Wisnu agar menempati pohon Bilwa sebagai rumah tidak merasa senang karena daun pohon Bilwa selalu dipetik-petik oleh manusia untuk dipersembahkan kepada Dewa Siwa. Kembali Dewi Lakshmi mengeluarkan kutukan, siapapun yang memetik daun Bilwa untuk dipersembahkan hidupnya akan miskin selamanya.

Sejak saat itu umat manusia tidak ada yang berani memetik daun pohon Bilwa. Akhirnya hanya para Brahmana yang mau tidak mau harus memetik daun pohon Bilwa pada saat upacara kematian atau Pitrayadnya. Daun pohon Bilwa dipersembahkan dengan harapan sang roh bisa dilebur segala karma dan dosa semasa hidup. Brahmana akhirnya harus menjalani buah kutukan Dewi Lakshmi dan harus sudah arif atas materi, harta benda serta sebagai wujud melepaskan aspek keterikatan dengan dunia materi.

Namun demikian Dewa Narayana kembali marah kepada Dewi Lakshmi karena telah mengutuk umat manusia yang memetik daun pohon Bilwa. Hyang Narayana kemudian memberi sabda bahwa pada saat penitisannya sebagai Kalki Awatara seorang Brahmana Kasudi akan memohon Tapak Kaki dan Brahmana tersebut akan terbebas dari buah kutukan Dewi Lakshmi. Serta disabdakan oleh Hyang Kalki Awatara, di masa depan Beliau juga akan memberkati Pura Purohita dengan meninggalkan bekas Tapak Kaki. Sebab Sang Hyang Purohita adalah bakta setia Dewa Narayana. Purohitam Agni Yogiswara yang tak lain adalah dewa Siwa. Di mana ada Tapak Kaki-Ku di sanalah manusia bisa memohon peleburan dosa dengan menggelar Puja Agni Rudra.


Penulis :  Ida Pandita Mpu Paramadaksa Purohita