DEWI KWAN IM DAN KURA KURA BERKEPALA NAGA

 


Dewi Kwan Im adalah Dewi Kasih Sayang, yang terkenal dengan sebutan avalokitasvara dan mempunyai lebih dari 33 nama sebutan dari masing-masing belahan dunia. Kalau di Nusantara Beliau dikenal dengan sebutan Ratu Mas Magelung yang berstana di Pura Besakih Bali. Selain di Pura Besakih, beliau juga di puja di pura Ulun Danu Batur, Kintamani, Bali, dengan sebutan Dewi Danu. Diceritakan oleh Ida Bhatara Raja bahwa salah satu Titisan Dewi Kwan Im di Nusantara adalah Dewi Indraswari yaitu istri dari Prabu Jayasabha, yang adalah saudara dari Prabu Jayabaya.

Mitologi yang paling terkenal dari Dewi Kwan Im yaitu adanya suatu pernyataan beliau bahwa; Beliau tidak akan menjadi Budha kalau umat manusia belum mengalami kehidupan yang berbahagia dan mencapai kelimpahan. Dalam evolusi kehidupan manusia, tujuan manusia hidup adalah untuk mencapai moksha, yaitu hidup abadi atau dikenal sebagai Bodisatwa. Setelah mencapai Bodisatwa manusia harus meningkatkan evolusinya dan tingkatan berikutnya adalah menjadi Budha. Sedemikian besar pengorbanan Sang Dewi untuk umat manusia hingga menunda evolusinya untuk mencapai Sang Jiwa Agung.

Dewi Kwan Im banyak dipajang sebagai simbol kemakmuran. Simbol Dewi Kwan Im yang paling bagus yaitu Patung yang tangan kirinya memegang wo lou. Banyak keajaiban telah ditunjukkan kepada umat manusia yaitu patung Dewi Kwan Im pernah diberitakan menangis dan pernah diceritakan dari wo lou meneteskan air bening. Kalau air menetes dari wo lou adalah restu yang dianugrahkan Dewi Kwan Im kepada umat pemujanya di mana patung itu distanakan. Patung Dewi Kwan Im yang saya puja di Puri Agung Dharma Giri Utama dan sekarang distanakan di Purohita Pura, Desa Unggahan, Seririt, Bali, pada saat saya tulis ini, saya baru saja kembali dari Desa Unggahan saya mendapati air menetes dari wo lou. Ini bukan kali pertama dari wo lou Beliau meneteskan air bening. Saya berkeyakinan bahwa menjelang tahun baru Imlek, Beliau ingin memberi restu kepada umat yang memohon kepada Beliau.

Dalam sastra, moksha adalah menyatunya pikiran dan unsur panca mahabhuta dan tubuh menjadi hidup abadi. Menyatunya tubuh abadi dengan roh disebut mukthi, tubuh menghilang dan menjadi Bodhisatwa atau di Nusantara disebut dengan Bhatara. Di alam Bodihisattwa, parataman melanjutkan evolusi dan menjadi Budha. Sidharta Budha Gautama adalah Awatara ke sembilan yaitu Budha pertama yang disebut Budha Sakyamuni, memiliki murid yaitu Budha Julai dan Dewi Kwan Im. Budha Julai memiliki murid Budha Hidup dan Para Sangha yang menyebar ke arah asia barat. Keturunannya adalah yang bergelar Rinpoche di Tibet. Sementara Dewi Kwan Im, memiliki murid yaitu Dhanghyang Astapaka yang menurunkan Dhangyang Kayumanis. Putra Dhanghyang Kayumanis adalah Budha Keling yang taklain adalah Dalem Sidakarya.

Dewi kwan im yang ada di Pura Khayangan Jagat Bhuana Purohita duduk di atas seekor kura kura berkepala naga. Kura kura dapat hidup selama ratusan tahun karena mereka berlindung didalam cangkangnya yang kuat. Kura kura yang nyaman berlindung di dalam cangkangnya, tidak akan pernah menjadi seekor naga. Untuk menjadi naga, kura kura harus berani melepaskan keterikatannya terhadap cangkangnya. Ketika kura melepaskan keterikatannya, maka dia akan terbang bebas sebagai seekor naga. Begitu juga manusia, salah satu jalan untuk mencapai pencerahan atau moksa adalah ketika manusia tersebut berhasil melepaskan keterikatannya terhadap hal hal keduniawian, seperti kekayaan, kekuasaan, keluarga, dan lain sebagainya. Termasuk melepaskan keterikatan akan hasil, atas perbuatan baik dan pengabdian yang pernah kita lakukan. Itulah pesan yang ingin disampaikan dari wahana kura kura berkepala naga yang ada di Pura Khayangan Jagat Bhuana Purohita.


Sumber tulisan : Puri Agung Dharma Giri Utama (www.dharmagiriutama.org)